Selasa, 25 April 2017

TUGAS 2 PENGANTAR KOMPUTASI MODERN

JURNAL CLOUD COMPUTING

 

Judul jurnal : Teknik-Teknik Keamanan Pada Future Cloud Computing vs Current Cloud                 Computing: Survey Paper

Pembahasan Cloud Computing.

Cloud computing mungkin masih samar terdengar bagi orang awam. Tetapi keberadaan cloud computing di era digital kini sebenarnya telah terasa di tengah masyarakat dalam kehidupan sehari hari seperti penggunaan email dan juga media sosial.
Secara umum, definisi cloud computing (komputasi awan) merupakan gabungan pemanfaatan teknologi komputer (komputasi) dalam suatu jaringan dengan pengembangan berbasis internet (awan) yang mempunyai fungsi untuk menjalankan program atau aplikasi melalui komputer – komputer yang terkoneksi pada waktu yang sama, tetapi tak semua yang terkonekasi melalui internet menggunakan cloud computing.
Teknologi komputer berbasis sistem Cloud ini merupakan sebuah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat server untuk mengelola data dan juga aplikasi pengguna. Teknologi ini mengizinkan para pengguna untuk menjalankan program tanpa instalasi dan mengizinkan pengguna untuk mengakses data pribadi mereka melalui komputer dengan akses internet.

Manfaat Cloud Computing Serta Penerapan Dalam Kehidupan Sehari – hari
Setelah penjabaran definisi singkat diatas tentu penggunaan teknologi dengan sistem cloud cukup memudahkan pengguna selain dalam hal efisiensi data, juga penghematan biaya. Berikut manfaat manfaat yang dapat dipetik lewat teknologi berbasis sistem cloud.
Salah satu keunggulan teknologi cloud adalah memungkinkan pengguna untuk menyimpan data secara terpusat di satu server berdasarkan layanan yang disediakan oleh penyedia layanan Cloud Computing itu sendiri. Selain itu, pengguna juga tak perlu repot repot lagi menyediakan infrastruktur seperti data center, media penyimpanan/storage dll karena semua telah tersedia secara virtual.
2.    Keamanan Data
Keamanan data pengguna dapat disimpan dengan aman lewat server yang disediakan oleh penyedia layanan Cloud Computing seperti jaminan platform teknologi, jaminan ISO, data pribadi, dll.
3.    Fleksibilitas dan Skalabilitas yang Tinggi
Teknologi Cloud menawarkan fleksibilitas dengan kemudahan data akses, kapan dan dimanapun kita berada dengan catatan bahwa pengguna (user) terkoneksi dengan internet. Selain itu, pengguna dapat dengan mudah meningkatkan atau mengurangi kapasitas penyimpanan data tanpa perlu membeli peralatan tambahan seperti hardisk. Bahkan salah satu praktisi IT kenamaan dunia, mendiang Steve Jobs mengatakan bahwa membeli memori fisik untuk menyimpan data seperti hardisk merupakan hal yang percuma jika kita dapat menyimpan nya secara virtual/melalui internet.
4.    Investasi Jangka Panjang
Penghematan biaya akan pembelian inventaris seperti infrastruktur, hardisk, dll akan berkurang dikarenakan pengguna akan dikenakan biaya kompensasi rutin per bulan sesuai dengan paket layanan yang telah disepakati dengan penyedia layanan Cloud Computing. Biaya royalti atas lisensi software juga bisa dikurangi karena semua telah dijalankan lewat komputasi berbasis Cloud.
Penerapan Cloud Computing telah dilakukan oleh beberapa perusahaan IT ternama dunia seperti Google lewat aplikasi Google Drive, IBM lewat Blue Cord Initiative, Microsoft melalui sistem operasi nya yang berbasis Cloud Computing, Windows Azure dsb. Di kancah nasional sendiri penerapan teknologi Cloud juga dapat dilihat melalui penggunaan Point of Sale/program kasir.
Salah satu perusahaan yang mengembangkan produknya berbasis dengan sistem Cloud adalah DealPOS. Metode kerja Point of Sale (POS) ini adalah dengan mendistribusikan data penjualan toko retail yang telah diinput oleh kasir ke pemilik toko retail melalui internet dimanapun pemilik toko berada.  Selain itu, perusahaan telekomunikasi ternama nasional, Telkom juga turut mengembangkan sistem komputasi berbasis Cloud ini melalui Telkom Cloud dengan program Telkom VPS dan Telkom Collaboration yang diarahkan untuk pelanggan UKM (Usaha Kecil-Menengah).


ANALISIS :
Cloud computing adalah salah satu dari teknologi jaringan yang sedang berkembang pesat saat ini, hal ini dikarenakan cloud computing memiliki kelebihan dapat meningkatkan fleksibilitas dan kapabilitas dari proses komputer secara dinamis tanpa perlu mengeluarkan dana besar untuk membuat infrastruktur baru, oleh karena itu, peningkatan kualitas keamanan jaringan cloud computing sangat diperlukan. Penelitian ini akan meneliti teknik-teknik keamanan yang ada pada cloud computing saat ini dan arsitektur cloud computing masa depan, yaitu NEBULA. Teknik-teknik keamanan tersebut akan dibandingkan dalam hal kemampuannya dalam menangani serangan-serangan keamanan yang mungkin terjadi pada cloud computing. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode attack centric, yaitu setiap serangan keamanan dianalisis karakteristiknya dan kemudian diteliti mekanisme keamanan untuk menanganinya. Terdapat empat serangan keamanan yang diteliti dalam penelitian ini, dengan mengetahui bagaimana cara kerja sebuah serangan keamanan, maka akan diketahui juga mekanisme keamanan yang mana yang bisa mengatasi serangan tersebut. Dari penelitian ini didapatkan bahwa NEBULA memiliki tingkat keamanan yang paling tinggi. NEBULA memiliki tiga teknik baru yaitu Proof of Consent (PoC), Proof of Path (PoP), dan teknik kriptografi ICING. Ketiga teknik tersebut ditambah dengan teknik onion routing dapat mengatasi serangan keamanan yang dianalisa pada penelitian ini.
REFERENSI :                                
P. Mell, T. Grance, The NIST Definition of Cloud Computing, Version 15, National Institute of Standards and Technology, 2009, tersedia pada laman situs: http://csrc.nist.gov/groups/SNS/cloud-computing (Diakses pada: 14 Oktober 2015).
Cisco Global Cloud Index: Forecast and Methodology, 2012–2017, tersedia pada laman situs: http://www.cisco.com/c/en/us/solutions/collateral/service-provider/global-cloud-index-gci/Cloud_Index_White_Paper.html (Diakses pada: 14 Oktober 2015).
Ida Bagus Verry Hendrawan Manuaba, Risanuri Hidayat, dan Sri Suning Kusumawardani. Evaluasi Keamanan Akses Jaringan Komputer Nirkabel (Kasus : Kantor Pusat Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada). Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (JNTETI), Vol. 1 No. 1, pp 13-17. Mei 2012.
Sugiyanto. Prototipe Sistem Informasi Haji Untuk Menangani Jemaah Tersesat Menggunakan SMS Gateway. Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (JNTETI). Vol. 03 No. 2, pp 123-128. Mei 2014.
Andrew B. Osmond, Lukito Edi Nugroho, dan Sri Suning Kusumawardhani. Aplikasi Pengumpulan Data Survei Memanfaatkan SMS Gateway. Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (JNTETI), Vol. 5 No. 1, Februari 2016.
Rahamatullah Khondoker, Beny Nugraha, Ronald Marx, and Kpatcha Bayarou. Security Of Selected Future Internet Architectures: A Survey. In Proceedings of the Eighth International Conference on Innovative Mobile and Internet Services in Ubiquitous Computing, pages 433-440. July 2014.
Steve Hanna. Cloud Computing: Finding the Silver Lining. Juniper Networks. 2009.
Klöti, Rowan. “Open flow: A security analysis. Master’s thesis”, Eidgenössische Technische Hochschule Zürich, 2013.
Jelena Mirkovic, Sven Dietrich, David Dittrich, and Peter Reiher. Internet Denial of Service: Attack and Defense Mechanisms. Prentice Hall, 2005.
Ciampa, Mark. Security Plus Guide to Network Security Fundamentals. Cengage Learning, 3rd edition, 2009.
EagleNet. Layer 3 Virtual Private Network Service, tersedia pada laman situs: https://www.co-eaglenet.net/services/layer-3-virtual-private-network/ (Diakses pada: Juli 2015).
Bob Hunt. Windows Azure Hybrid Cloud Authentication and Access Architectures, tersedia pada laman situs: http://blogs.technet.com/b/bobh/archive/2013/01/31/windows-azure-hybrid-cloud-authentication-and-access-architectures-discussion-31-days-of-windows-servers-vms-in-the-cloud-part-31-of-31.aspx (Diakses pada: Juli 2015).
Nelson Gonzalez, Charles Miers, Fernando Redigolo, Marcos Simplicio, Tereza Carvalho, Mats Naeslund, dan Makan Pourzandi. A quantitative analysis of current security concerns and solutions for cloud computing. In International Journal of Cloud Computing: Advances, Systems and Applications. Volume 1, Issue 11. 2012.
Robert Broberg, Matthew Caesar, Douglas Comer, Chase Cotton, Michael J. Freedman, Andreas Haeberlen, Zachary G. Ives, Arvind Krishnamurthy, William Lehr, Boon Thau Loo, David Mazières, Antonio Nicolosi, Jonathan M. Smith, Ion Stoica, Robbert van Renesse, Michael Walfish, Hakim Weatherspoon, dan Christopher S. Yoo. The nebula future internet architecture. Lecture Notes in Computer Science, pages 1–24. Volume 7858, 2013.
Jianli Pan, Subharthi Paul, dan Raj Jain. A survey of the research on future internet architectures. In IEEE Communication Magazine, pages 20–36, July 2011.
Tom Anderson, Ken Birman, Robert Broberg, Matthew Caesar, Douglas Comer, Chase Cotton, Michael Freedman, Andreas Haeberlen, Zack Ives, Arvind Krishnamurthy, William Lehr, Boon Thau Loo, David Mazières, Antonio Nicolosi, Jonathan Smith, Ion Stoica, Robbert van Renesse, Michael Walfish, Hakim Weatherspoon, dan Christopher Yoo. Technical report. nebula - a future internet that supports trustworthy cloud computing. Pages 1–31, 2011.
Jad Naous, Michael Walfish, Antonio Nicolosi, David Mazieres, Michael Miller, and Arun Seehra. Verifying and enforcing network paths with ICING, in Proceedings of the Seventh COnference on emerging Networking EXperiments and Technologies (CoNEXT 2011), Article No. 30, 2011.

JURNAL GRID COMPUTING
Judul jurnal : ARSITEKTUR GRID COMPUTING PADA ORACLE 10g
Linkjurnal : http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1411/1191
Pembahasan Grid Computing.
Pengertian dari Grid Computing itu sendiri adalah sebuah sistem komputasi terdistribusi, yang memungkinkan seluruh sumber daya (resource) dalam jaringan, seperti pemrosesan, bandwidth jaringan, dan kapasitas media penyimpan, membentuk sebuah sistem tunggal secara vitual. Seperti halnya pengguna internet yang mengakses berbagai situs web dan menggunakan berbagai protokol seakan-akan dalam sebuah sistem yang berdiri sendiri, maka pengguna aplikasi Grid computing seolah-olah akan menggunakan sebuah virtual komputer dengan kapasitas pemrosesan data yang sangat besar.
Ide awal komputasi grid dimulai dengan adanya distributed computing, yaitu mempelajari penggunaan komputer terkoordinasi yang secara fisik terpisah atau terdistribusi. Sistem terdistribusi membutuhkan aplikasi yang berbeda dengan sistem terpusat. Kemudian berkembang lagi menjadi parallel computing yang merupakan teknik komputasi secara bersamaan dengan memanfaatkan beberapa komputer secara bersamaan.
Grid computing menawarkan solusi komputasi yang murah, yaitu dengan memanfaatkan sumber daya yang tersebar dan heterogen serta pengaksesan yang mudah dari mana saja. Globus Toolkit adalah sekumpulan perangkat lunak dan pustaka pembuatan lingkungan komputasi grid yang bersifat open-source. Dengan adanya lingkungan komputasi grid ini diharapkan mempermudah dan mengoptimalkan eksekusi program-program yang menggunakan pustaka paralel. Dan Indonesia sudah menggunakan sistem Grid dan diberi nama InGrid (Inherent Grid). Sistem komputasi grid mulai beroperasi pada bulam Maret 2007 dan terus dikembangkan sampai saat ini. InGrid ini menghubungkan beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta yang tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa instansi pemerintahan seperti Badan Meteorologi dan Geofisika.

Beberapa konsep dasar dari grid computing :
1.         Sumber daya dikelola dan dikendalikan secara lokal.
2.         Sumber daya berbeda dapat mempunyai kebijakan dan mekanisme berbeda, mencakup Sumber daya komputasi dikelola oleh sistem batch berbeda, Sistem storage berbeda pada node berbeda, Kebijakan berbeda dipercayakan kepada user yang sama pada sumber daya berbeda pada Grid.
3.         Sifat alami dinamis: Sumber daya dan pengguna dapat sering berubah
4.         Lingkungan kolaboratif bagi e-community (komunitas elektronik, di internet)
5.         Tiga hal yang di-,sharing dalam sebuah sistem grid, antara lain : Resource, Network dan Proses. Kegunaan / layanan dari sistem grid sendiri adalah untuk melakukan high throughput computing dibidang penelitian, ataupun proses komputasi lain yang memerlukan banyak resource komputer. 

Cara Kerja Grid Computing
Menurut tulisan singkat oleh Ian Foster ada check-list yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahwa suatu sistem melakukan komputasi grid yaitu :
1.         Sistem tersebut melakukan koordinasi terhadap sumberdaya komputasi yang tidak berada dibawah suatu kendali terpusat. Seandainya sumber daya yang digunakan berada dalam satu cakupan domain administratif, maka komputasi tersebut belum dapat dikatakan komputasi grid.
2.         Sistem tersebut menggunakan standard dan protokol yang bersifat terbuka (tidak terpaut pada suatu implementasi atau produk tertentu). Komputasi grid disusun dari kesepakatan-kesepakatan terhadap masalah yang fundamental, dibutuhkan untuk mewujudkan komputasi bersama dalam skala besar. Kesepakatan dan standar yang dibutuhkan adalah dalam bidang autentikasi, otorisasi, pencarian sumberdaya, dan akses terhadap sumber daya.
3.        Sistem tersebut berusaha untuk mencapai kualitas layanan yang canggih, (nontrivial quality of service)             yang jauh diatas kualitas layanan komponen individu dari komputasi grid tersebut.

 Untuk software Oracle 10g adalah adalah singkatan dari grid. Fokus dari versi baru Oracle ini adalah untuk memudahkan perusahaan menyederhanakan proses implementasi grid computing di luar kerangka kerja komputasi akademik, teknik, riset dan saintifik.

ANALISIS :

            Fitur utama, Real Application Clusters, menjadikan sebuah database tunggal bias dijalankan melintasi titik-titik cluster pada grid dan mengumpulkan sumberdaya pemroses dari mesin-mesin standar. Hal ini dilakukan secara fleksibel, karena data tidak perlu dipartisi dan disebar sepanjang jaringan. Database segera menyeimbangkan beban kerja pada titik baru dan kapasitas pemroses baru setelah proses pelimpahan kerja dilakukan, dan juga bias melepas mesin yang tidak diperlukan untuk suplai bagi pekerjaan selanjutnya.
Oracle AS 10g menyediakan platform infrastruktur lengkap untuk menjalankan aplikasi perusahaan, mengintegrasikan banyak fungsi termasuk layanan J2EE dan web service, portal perusahaan, broker integrasi perusahaan, business intelligence, web caching dan manajemen service. Ketika aplikasi dijalankan pada server aplikasi di grid, maka transparansi distribusi beban kerja, pelimpahan beban kerja, dan penjadwalan dilakukan secara efisien dengan melakukan koordinasi pada banyak server.
Fitur Oracle Grid Control di dalamnya dapat mengurangi biaya administrasi melalui proses otomasi dan policy-based standarization. Professional TI dapat menyatukan titik-titik hardware, database, server aplikasi, dan sasaran lain pada entity logik tunggal. Oleh karena itu, keberadaan banyaknya komputer-komputer kecil pada infrastruktur grid tidak menambah kompleksitas pengelolaan.
Jadi kesimpulannya adalah Sistem komputasi berkinerja tinggi berbasis teknologi grid computing tidak identik dengan sistem komputer berharga mahal. Lebih lanjut, infrastruktur komputasi grid nasional dapat dibangun dengan menggabungkan sumber-sumber daya komputasi yang telah ada menjadi satu kesatuan yang kemudian dapat berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Bahkan, prinsip kolaborasi yang melandasi teknologi grid computing dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk menerapkannya dalam konteks kehidupan yang lain.

REFERENSI :
[1] Forrester, 2004. www.forrester.com/go?docid=34449.
[2] Kusnetzky, Dan; Olofson, W. Carl, Oracle 10g: Putting Grids to Work, www.oracle.com/tech/grid/OracleAS10g_gc wp.pdf, April 2004.
[3] Shimp, Robert G., Miranda Nash, Oracle Grid Computing – An Oracle Business White Paper, www.oracle.com/tech/grid/gridtechwhitepap er_0305.pdf , Februari 2005.
[4] Mainstay Partners ROI Series, www.oracle.com/customers/studies/roi.
[5] Nash, Miranda, Grid Computing with Oracle – An Oracle Technical White Paper, www.oracle.com/tech/grid/OracleGridBWP 0105.pdf, Maret 2005.

 

 

 

 

 

 

JURNAL VIRTUALISASI COMPUTING

 

Judul jurnal : Performansi Virtualisasi Web Server pada Cloud Computing

Link jurnal : https://jurnal.pcr.ac.id/index.php/jakt/article/view/841

 

Pembahasan Virtualisasi.

Istilah virtualization atau virtualisasi sebenarnya memiliki banyak pengertian. Dalam kamus bahasa Indonesia sendiri belum ditemukan definisi yang jelas tentang virtualisasi. Jika merujuk pada kamus Oxford istilah virtualization merupakan turunan dari kata virtualize yang memiliki makna:
“convert (something) to a computer-generated simulation of reality”
Kalau terjemahan bebasnya:
“mengubah sesuatu (mengkonversi) ke bentuk simulasi dari bentuk nyata yang ada”
Dalam hardware virtualization, perangkat lunak bekerja membentuk sebuah virtual machine yang bertindak seolah-olah seperti sebuah komputer asli dengan sebuah sistem operasi terinstall di dalamnya. Salah contoh yang mudah misalkan terdapat satu buah komputer yang telah terinstall GNU/Linux Ubuntu. Kemudian dengan menggunakan perangkat lunak virtualization semisal Virtualbox kita dapat menginstall dua buah sistem operasi lain sebagai contoh Windows XP dan FreeBSD.
Sistem operasi yang terinstall di komputer secara fisik dalam hal ini GNU/Linux Lubuntudisebut sebagai host machine sedangkan sistem operasi yang diinstall diatasnya dinamakan guest machine. Istilah host dan guest dikenalkan untuk memudahkan dalam membedakan antara sistem operasi fisik yang terinstall di komputer dengan sistem operasi yang diinstall diatasnya atau virtualnya.
Perangkat lunak yang digunakan untuk menciptakan virtual machine pada host machine biasa disebut sebagai hypervisor atau Virtual Machine Monitor (VMM). Menurut Robert P. Goldberg pada tesisnya yang berjudul “Architectural Principles For Virtual Computer Systems” pada hal 23 menyebutkan bahwa tipe-tipe dari VMM ada 2 yaitu :
• Type 1 berjalan pada fisik komputer yang ada secara langsung. Pada jenis ini hypervisor / VMM benar-benar mengontrol perangkat keras dari komputer host-nya. Termasuk mengontrol sistem operasi-sistem operasi guest-nya. Contoh implementasi yang ada dan sudah saya coba secara langsung ialah VMWare ESXi. Adapun contoh yang lain yang ada seperti Microsoft Hyper-V
• Type 2 berjalan pada sistem operasi diatasnya. Pada tipe ini tentunya guest sistem operasi nya berada di layer diatasnya lagi.

Jenis Virtualisasi

Perangkat-Keras

Istilah virtualisasi perangkat-keras mengacu kepada upaya menciptakan mesin virtual yang bekerja layaknya sebuah komputer lengkap dengan sistem operasi. Istilah mesin tuan-rumah(host) mengacu kepada mesin tempat virtualisasi bersemayam sementara istilah mesin tamu(guest) mengacu kepada virtual mesin itu sendiri. Istilah hypervisormengacu  kepada perangkat-lunak atau firmware yang membuat mesin virtual.

Jenis virtualisasi perangkat-keras meliputi:

 

•           Para-virtualisasi: Perangkat keras tidak disimulasikan tetapi perangkat-lunak tamu berjalan dalam domainnya sendiri seolah-olah dalam sistem yang berbeda. Dalam hal ini perangkat-lunak tamu perlu disesuaikan untuk dapat berjalan.

•           Virtualisasi sebagian: Tidak semua aspek lingkungan disimulasikan tidak semua perangkat-lunak dapat langsung berjalan, beberapa perlu disesuaikan untuk dapat berjalan dalam lingkungan virtual ini.

•           Virtualisasi penuh: Hampir menyerupai mesin asli dan mampu menjalankan perangkat lunak tanpa perlu diubah.

Vitualisasi perangkat-keras harus dibedakan dengan emulasi perangkat-keras. Pada emulasi perangkat-keras sebuah perangkat-keras meniru kerja perangkat-keras lain, sementara pada virtualisasi perangkat-keras sebuah hypervisor (sebuah software) meniru kerja perangkat keras tertentu atau bahkan keseluruhan komputer. Lebih lanjut hypervisor jangan dirancu dengan emulator. Keduanya mempunyai definisi yang sama tapi domain pembicaraannya berbeda.

 

ANALISIS :

 

Pada umumnya web server diinstal di sebuah server fisik. Permasalahan dalam menyediakan server fisik adalah tidak mampu memberi sumber daya perangkat keras (CPU,Memori dan Network) sesuai dengan keperluan (on demand self service) pada masing-masing mesin virtual. Seiring dengan perkembangan teknologi maka ditawarkan teknologi cloud computing yang menggunakan metode virtualisasi yang mampu memberikan sumber daya perangkat keras sesuai dengan keperluan. Web server virtual dibangun menggunakan empat teknologi virtualisasi yaitu KVM, Linux-Vserver, OpenVZ dan Xen. Keempat teknologi tersebut dianalisa penggunaan sumber daya perangkat keras untuk melihat teknologi mana yang baik performanya sesuai kebutuhan suatu instansi. Pada kondisi server standby dan busy, pengujian menunjukkan hasil bahwa teknologi virtualisasi yang menggunakan CPU dan memori paling tinggi adalah KVM. Hal ini disebabkan karena KVM memiliki service qemu-kvm untuk mengatur setiap node yang ada, sedangkan pada teknologi virtualisasi yang lain tidak memilik service tersebut. Teknologi virtualisasi Linux-Vserver dan OpenVZ menunjukkan kenaikan sumber daya berdasarkan pengujian beda parameter dan setiap kenaikan jumlah klien. Sedangkan teknologi virtualisasi Xen paling sedikit penggunaan CPU dan stabil dalam penggunaan memori karena adanya Dom0 pada teknologi ini. Semakin banyak jumlah klien yang mengakses web sever maka semakin tinggi penggunaan sumber daya perangkat keras pada keempat server..

 

 

REFERENSI :

Y. L. Oktavianus, Membangun Sistem Cloud Computing dengan Implementasi Load Balancing dan Pengujian Algoritma Penjadwalan Linux Virtual Server pada FTP Server, no. 1. Padang: Univeristas Andalas, 2013, pp. 25–30
Purwadhika, “Apa itu Virtualisasi ?,” 2012. [Online]. Available: http://www.purwadhikapress.com/cloud-computing-virtualization.html. [Accessed: 14-Nov-2014]
S. Meier, Virtualization : Servers , Storage , and Software. United States of America: International Business Machines Corporation, 2008
VMware, Understanding Full Virtualiszation, paravirtualization, and Hardware Asist. United States of America: VMware, Inc., 2007
K. Kolyshkin, Virtualization in Linux. 2006, pp. 1–5
M. T. Jones, “Virtualization,” 2010. [Online]. Available: http://www.datamation.com/netsys/article.php/3884091/Virtualization.htm. [Accessed: 16-Feb-2015]
A. Arfriandi, Perancangan, Implementasi, dan Analisis Kinerja Virtualisasi Server menggunakan Proxmox, VMware ESX, dan Openstack. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2012
I. B. Mawardi, “COMPUTING BERBASIS INFRASTUCTURE AS SKRIPSI,” 2013
P. Mell and T. Grance, The NIST Definition of Cloud Computing Recommendations of the National Institute of Standards and Technology. Gaithersburg: National Institue of Standards and Technology, 2009
T. I. Bayu, Penerapan Teknologi Virtualisasi Tingkat Sistem Operasi pada Server Linux Ubuntu 8.04 menggunakan OpenVZ, vol. 7, no. 1. Semarang: Universitas Kristen Satya Wacana, 2010, pp. 68–85
S. Wozniak, What is a Web Server. 1999, pp. 1–37
L. V-server, “Linux V-Server.” [Online]. Available: linux-vserver.org. [Accessed: 10-Dec-2014]
SWsoft, “OpenVZ User’s Guide,” 2005
D. Kartikasari, Analisa Perbandingan Metode KVM dengan OpenVZ pada Mesin VPS (Virtual Private Server) di PT. Lintas Data Prima Yogyakarta. Yogyakarta: Amikom, 2012, pp. 1–15
S. R. Thakur and R. M. Goudar, Review on Xen Hypervisor, vol. 1, no. 5. India: University of Pune, 2014, pp. 54–59
D. R. Mauro and K. J. Schmidt, Essential SNMP, vol. 1. United States of America: O’Reilly Media, Inc., 2005, p. 7.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar