JURNAL CLOUD COMPUTING
Judul jurnal : Teknik-Teknik Keamanan Pada Future Cloud Computing vs
Current Cloud Computing:
Survey Paper
Pembahasan Cloud Computing.
Cloud
computing mungkin masih samar terdengar bagi orang awam. Tetapi keberadaan cloud computing di era digital kini sebenarnya telah terasa di tengah
masyarakat dalam kehidupan sehari hari seperti penggunaan email dan juga media
sosial.
Secara
umum, definisi cloud computing (komputasi awan) merupakan gabungan pemanfaatan
teknologi komputer (komputasi) dalam suatu jaringan dengan pengembangan
berbasis internet (awan) yang mempunyai fungsi untuk menjalankan program atau
aplikasi melalui komputer – komputer yang terkoneksi pada waktu yang sama,
tetapi tak semua yang terkonekasi melalui internet menggunakan cloud computing.
Teknologi
komputer berbasis sistem Cloud ini merupakan sebuah teknologi yang menjadikan
internet sebagai pusat server untuk mengelola data dan juga aplikasi pengguna.
Teknologi ini mengizinkan para pengguna untuk menjalankan program tanpa
instalasi dan mengizinkan pengguna untuk mengakses data pribadi mereka melalui
komputer dengan akses internet.
Manfaat Cloud Computing Serta
Penerapan Dalam Kehidupan Sehari – hari
Setelah penjabaran definisi singkat diatas tentu
penggunaan teknologi dengan sistem cloud cukup memudahkan pengguna selain dalam
hal efisiensi data, juga penghematan biaya. Berikut manfaat manfaat yang dapat
dipetik lewat teknologi berbasis sistem cloud.
Salah satu keunggulan teknologi cloud
adalah memungkinkan pengguna untuk menyimpan data secara terpusat di satu
server berdasarkan layanan yang disediakan oleh penyedia layanan Cloud
Computing itu sendiri. Selain itu, pengguna juga tak perlu repot repot lagi
menyediakan infrastruktur seperti data center, media penyimpanan/storage dll
karena semua telah tersedia secara virtual.
2. Keamanan Data
Keamanan data pengguna dapat disimpan
dengan aman lewat server yang disediakan oleh penyedia layanan Cloud Computing
seperti jaminan platform teknologi, jaminan ISO, data pribadi, dll.
3. Fleksibilitas dan
Skalabilitas yang Tinggi
Teknologi Cloud menawarkan fleksibilitas
dengan kemudahan data akses, kapan dan dimanapun kita berada dengan catatan
bahwa pengguna (user) terkoneksi dengan internet. Selain itu, pengguna dapat
dengan mudah meningkatkan atau mengurangi kapasitas penyimpanan data tanpa
perlu membeli peralatan tambahan seperti hardisk. Bahkan salah satu praktisi IT
kenamaan dunia, mendiang Steve Jobs mengatakan bahwa membeli memori fisik untuk
menyimpan data seperti hardisk merupakan hal yang percuma jika kita dapat
menyimpan nya secara virtual/melalui internet.
4. Investasi Jangka
Panjang
Penghematan biaya akan pembelian inventaris seperti infrastruktur, hardisk, dll
akan berkurang dikarenakan pengguna akan dikenakan biaya kompensasi rutin per
bulan sesuai dengan paket layanan yang telah disepakati dengan penyedia layanan
Cloud Computing. Biaya royalti atas lisensi software juga bisa dikurangi karena
semua telah dijalankan lewat komputasi berbasis Cloud.
Penerapan Cloud Computing telah dilakukan
oleh beberapa perusahaan IT ternama dunia seperti Google lewat aplikasi Google
Drive, IBM lewat Blue Cord Initiative, Microsoft melalui sistem operasi nya
yang berbasis Cloud Computing, Windows Azure dsb. Di kancah nasional sendiri
penerapan teknologi Cloud juga dapat dilihat melalui penggunaan Point of
Sale/program kasir.
Salah satu perusahaan yang mengembangkan
produknya berbasis dengan sistem Cloud adalah DealPOS. Metode kerja Point of
Sale (POS) ini adalah dengan mendistribusikan data penjualan toko retail yang
telah diinput oleh kasir ke pemilik toko retail melalui internet dimanapun
pemilik toko berada. Selain itu, perusahaan telekomunikasi ternama
nasional, Telkom juga turut mengembangkan sistem komputasi berbasis Cloud ini
melalui Telkom Cloud dengan program Telkom VPS dan Telkom Collaboration yang
diarahkan untuk pelanggan UKM (Usaha Kecil-Menengah).
ANALISIS :
Cloud computing adalah
salah satu dari teknologi jaringan yang sedang berkembang pesat saat ini, hal
ini dikarenakan cloud computing memiliki kelebihan dapat meningkatkan
fleksibilitas dan kapabilitas dari proses komputer secara dinamis tanpa perlu
mengeluarkan dana besar untuk membuat infrastruktur baru, oleh karena itu,
peningkatan kualitas keamanan jaringan cloud computing sangat
diperlukan. Penelitian ini akan meneliti teknik-teknik keamanan yang ada pada cloud computing saat ini
dan arsitektur cloud computing masa depan, yaitu NEBULA. Teknik-teknik
keamanan tersebut akan dibandingkan dalam hal kemampuannya dalam menangani
serangan-serangan keamanan yang mungkin terjadi pada cloud computing. Metode
yang digunakan pada penelitian ini adalah metode attack centric, yaitu
setiap serangan keamanan dianalisis karakteristiknya dan kemudian diteliti
mekanisme keamanan untuk menanganinya. Terdapat empat serangan keamanan yang
diteliti dalam penelitian ini, dengan mengetahui bagaimana cara kerja sebuah
serangan keamanan, maka akan diketahui juga mekanisme keamanan yang mana yang
bisa mengatasi serangan tersebut. Dari penelitian ini didapatkan bahwa NEBULA
memiliki tingkat keamanan yang paling tinggi. NEBULA memiliki tiga teknik baru
yaitu Proof of Consent (PoC), Proof of Path (PoP), dan teknik kriptografi ICING. Ketiga
teknik tersebut ditambah dengan teknik onion routing dapat
mengatasi serangan keamanan yang dianalisa pada penelitian ini.
REFERENSI :
P. Mell, T. Grance, The
NIST Definition of Cloud Computing, Version 15, National Institute of Standards
and Technology, 2009, tersedia pada laman situs:
http://csrc.nist.gov/groups/SNS/cloud-computing (Diakses pada: 14 Oktober
2015).
Cisco Global Cloud
Index: Forecast and Methodology, 2012–2017, tersedia pada laman situs:
http://www.cisco.com/c/en/us/solutions/collateral/service-provider/global-cloud-index-gci/Cloud_Index_White_Paper.html
(Diakses pada: 14 Oktober 2015).
Ida Bagus Verry
Hendrawan Manuaba, Risanuri Hidayat, dan Sri Suning Kusumawardani. Evaluasi
Keamanan Akses Jaringan Komputer Nirkabel (Kasus : Kantor Pusat Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada). Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi
Informasi (JNTETI), Vol. 1 No. 1, pp 13-17. Mei 2012.
Sugiyanto. Prototipe
Sistem Informasi Haji Untuk Menangani Jemaah Tersesat Menggunakan SMS Gateway.
Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (JNTETI). Vol. 03 No. 2,
pp 123-128. Mei 2014.
Andrew B. Osmond, Lukito
Edi Nugroho, dan Sri Suning Kusumawardhani. Aplikasi Pengumpulan Data Survei
Memanfaatkan SMS Gateway. Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi
Informasi (JNTETI), Vol. 5 No. 1, Februari 2016.
Rahamatullah Khondoker,
Beny Nugraha, Ronald Marx, and Kpatcha Bayarou. Security Of Selected Future
Internet Architectures: A Survey. In Proceedings of the Eighth International
Conference on Innovative Mobile and Internet Services in Ubiquitous Computing,
pages 433-440. July 2014.
Steve Hanna. Cloud
Computing: Finding the Silver Lining. Juniper Networks. 2009.
Klöti, Rowan. “Open
flow: A security analysis. Master’s thesis”, Eidgenössische Technische
Hochschule Zürich, 2013.
Jelena Mirkovic, Sven
Dietrich, David Dittrich, and Peter Reiher. Internet Denial of Service: Attack
and Defense Mechanisms. Prentice Hall, 2005.
Ciampa, Mark. Security
Plus Guide to Network Security Fundamentals. Cengage Learning, 3rd edition,
2009.
EagleNet. Layer 3
Virtual Private Network Service, tersedia pada laman situs:
https://www.co-eaglenet.net/services/layer-3-virtual-private-network/ (Diakses
pada: Juli 2015).
Bob Hunt. Windows Azure
Hybrid Cloud Authentication and Access Architectures, tersedia pada laman
situs:
http://blogs.technet.com/b/bobh/archive/2013/01/31/windows-azure-hybrid-cloud-authentication-and-access-architectures-discussion-31-days-of-windows-servers-vms-in-the-cloud-part-31-of-31.aspx
(Diakses pada: Juli 2015).
Nelson Gonzalez, Charles
Miers, Fernando Redigolo, Marcos Simplicio, Tereza Carvalho, Mats Naeslund, dan
Makan Pourzandi. A quantitative analysis of current security concerns and
solutions for cloud computing. In International Journal of Cloud Computing:
Advances, Systems and Applications. Volume 1, Issue 11. 2012.
Robert Broberg, Matthew
Caesar, Douglas Comer, Chase Cotton, Michael J. Freedman, Andreas Haeberlen,
Zachary G. Ives, Arvind Krishnamurthy, William Lehr, Boon Thau Loo, David
Mazières, Antonio Nicolosi, Jonathan M. Smith, Ion Stoica, Robbert van Renesse,
Michael Walfish, Hakim Weatherspoon, dan Christopher S. Yoo. The nebula future
internet architecture. Lecture Notes in Computer Science, pages 1–24. Volume
7858, 2013.
Jianli Pan, Subharthi
Paul, dan Raj Jain. A survey of the research on future internet architectures.
In IEEE Communication Magazine, pages 20–36, July 2011.
Tom Anderson, Ken
Birman, Robert Broberg, Matthew Caesar, Douglas Comer, Chase Cotton, Michael
Freedman, Andreas Haeberlen, Zack Ives, Arvind Krishnamurthy, William Lehr,
Boon Thau Loo, David Mazières, Antonio Nicolosi, Jonathan Smith, Ion Stoica,
Robbert van Renesse, Michael Walfish, Hakim Weatherspoon, dan Christopher Yoo.
Technical report. nebula - a future internet that supports trustworthy cloud
computing. Pages 1–31, 2011.
Jad Naous, Michael
Walfish, Antonio Nicolosi, David Mazieres, Michael Miller, and Arun Seehra.
Verifying and enforcing network paths with ICING, in Proceedings of the Seventh
COnference on emerging Networking EXperiments and Technologies (CoNEXT 2011),
Article No. 30, 2011.
JURNAL GRID
COMPUTING
Judul jurnal : ARSITEKTUR
GRID COMPUTING PADA ORACLE 10g
Linkjurnal : http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1411/1191
Pembahasan Grid Computing.
Pengertian dari Grid Computing itu sendiri adalah
sebuah sistem komputasi terdistribusi, yang memungkinkan seluruh sumber daya
(resource) dalam jaringan, seperti pemrosesan, bandwidth jaringan, dan
kapasitas media penyimpan, membentuk sebuah sistem tunggal secara vitual.
Seperti halnya pengguna internet yang mengakses berbagai situs web dan
menggunakan berbagai protokol seakan-akan dalam sebuah sistem yang berdiri
sendiri, maka pengguna aplikasi Grid computing seolah-olah akan menggunakan
sebuah virtual komputer dengan kapasitas pemrosesan data yang sangat besar.
Ide awal
komputasi grid dimulai dengan adanya distributed computing, yaitu mempelajari
penggunaan komputer terkoordinasi yang secara fisik terpisah atau
terdistribusi. Sistem terdistribusi membutuhkan aplikasi yang berbeda dengan
sistem terpusat. Kemudian berkembang lagi menjadi parallel computing yang merupakan
teknik komputasi secara bersamaan dengan memanfaatkan beberapa komputer secara
bersamaan.
Grid
computing menawarkan solusi komputasi yang murah, yaitu dengan memanfaatkan
sumber daya yang tersebar dan heterogen serta pengaksesan yang mudah dari mana saja.
Globus Toolkit adalah sekumpulan perangkat lunak dan pustaka pembuatan
lingkungan komputasi grid yang bersifat open-source. Dengan adanya lingkungan
komputasi grid ini diharapkan mempermudah dan mengoptimalkan eksekusi
program-program yang menggunakan pustaka paralel. Dan Indonesia sudah
menggunakan sistem Grid dan diberi nama InGrid (Inherent Grid). Sistem
komputasi grid mulai beroperasi pada bulam Maret 2007 dan terus dikembangkan
sampai saat ini. InGrid ini menghubungkan beberapa perguruan tinggi negeri dan
swasta yang tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa instansi pemerintahan
seperti Badan Meteorologi dan Geofisika.
Beberapa
konsep dasar dari grid computing :
1.
Sumber daya dikelola dan dikendalikan secara lokal.
2. Sumber daya berbeda
dapat mempunyai kebijakan dan mekanisme berbeda, mencakup Sumber daya komputasi
dikelola oleh sistem batch berbeda, Sistem storage berbeda pada node berbeda,
Kebijakan berbeda dipercayakan kepada user yang sama pada sumber daya berbeda
pada Grid.
3. Sifat
alami dinamis: Sumber daya dan pengguna dapat sering berubah
4. Lingkungan
kolaboratif bagi e-community (komunitas elektronik, di internet)
5. Tiga
hal yang di-,sharing dalam sebuah sistem grid, antara lain : Resource, Network
dan Proses. Kegunaan / layanan dari sistem grid sendiri adalah untuk melakukan
high throughput computing dibidang penelitian, ataupun proses komputasi lain
yang memerlukan banyak resource komputer.
Cara Kerja Grid Computing
Menurut
tulisan singkat oleh Ian Foster ada check-list yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi bahwa suatu sistem melakukan komputasi grid yaitu :
1. Sistem tersebut
melakukan koordinasi terhadap sumberdaya komputasi yang tidak berada dibawah suatu
kendali terpusat. Seandainya sumber daya yang digunakan berada dalam satu
cakupan domain administratif, maka komputasi tersebut belum dapat dikatakan
komputasi grid.
2. Sistem tersebut
menggunakan standard dan protokol yang bersifat terbuka (tidak terpaut pada
suatu implementasi atau produk tertentu). Komputasi grid disusun dari
kesepakatan-kesepakatan terhadap masalah yang fundamental, dibutuhkan untuk
mewujudkan komputasi bersama dalam skala besar. Kesepakatan dan standar yang
dibutuhkan adalah dalam bidang autentikasi, otorisasi, pencarian sumberdaya,
dan akses terhadap sumber daya.
3. Sistem
tersebut berusaha untuk mencapai kualitas layanan yang canggih, (nontrivial
quality of service) yang jauh diatas
kualitas layanan komponen individu dari komputasi grid tersebut.
Untuk software Oracle 10g adalah adalah singkatan
dari grid. Fokus dari versi baru Oracle ini adalah untuk memudahkan perusahaan
menyederhanakan proses implementasi grid computing di luar kerangka kerja
komputasi akademik, teknik, riset dan saintifik.
ANALISIS :
Fitur
utama, Real Application Clusters, menjadikan sebuah database tunggal bias
dijalankan melintasi titik-titik cluster pada grid dan mengumpulkan sumberdaya
pemroses dari mesin-mesin standar. Hal ini dilakukan secara fleksibel, karena
data tidak perlu dipartisi dan disebar sepanjang jaringan. Database segera
menyeimbangkan beban kerja pada titik baru dan kapasitas pemroses baru setelah
proses pelimpahan kerja dilakukan, dan juga bias melepas mesin yang tidak
diperlukan untuk suplai bagi pekerjaan selanjutnya.
Oracle AS 10g menyediakan platform infrastruktur
lengkap untuk menjalankan aplikasi perusahaan, mengintegrasikan banyak fungsi
termasuk layanan J2EE dan web service, portal perusahaan, broker integrasi
perusahaan, business intelligence, web caching dan manajemen service. Ketika
aplikasi dijalankan pada server aplikasi di grid, maka transparansi distribusi
beban kerja, pelimpahan beban kerja, dan penjadwalan dilakukan secara efisien
dengan melakukan koordinasi pada banyak server.
Fitur Oracle Grid Control di dalamnya dapat mengurangi
biaya administrasi melalui proses otomasi dan policy-based standarization.
Professional TI dapat menyatukan titik-titik hardware, database, server
aplikasi, dan sasaran lain pada entity logik tunggal. Oleh karena itu,
keberadaan banyaknya komputer-komputer kecil pada infrastruktur grid tidak
menambah kompleksitas pengelolaan.
Jadi kesimpulannya adalah Sistem komputasi berkinerja
tinggi berbasis teknologi grid computing tidak identik dengan sistem komputer
berharga mahal. Lebih lanjut, infrastruktur komputasi grid nasional dapat
dibangun dengan menggabungkan sumber-sumber daya komputasi yang telah ada
menjadi satu kesatuan yang kemudian dapat berkontribusi pada pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bahkan, prinsip kolaborasi yang melandasi
teknologi grid computing dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk
menerapkannya dalam konteks kehidupan yang lain.
REFERENSI :
[1] Forrester, 2004. www.forrester.com/go?docid=34449.
[2] Kusnetzky, Dan; Olofson, W. Carl, Oracle 10g:
Putting Grids to Work, www.oracle.com/tech/grid/OracleAS10g_gc wp.pdf, April
2004.
[3] Shimp, Robert G., Miranda Nash, Oracle Grid
Computing – An Oracle Business White Paper,
www.oracle.com/tech/grid/gridtechwhitepap er_0305.pdf , Februari 2005.
[4] Mainstay Partners ROI Series, www.oracle.com/customers/studies/roi.
[5] Nash, Miranda, Grid Computing with Oracle – An
Oracle Technical White Paper, www.oracle.com/tech/grid/OracleGridBWP 0105.pdf,
Maret 2005.
JURNAL VIRTUALISASI COMPUTING
Judul jurnal : Performansi Virtualisasi Web Server
pada Cloud Computing
Link jurnal : https://jurnal.pcr.ac.id/index.php/jakt/article/view/841
Pembahasan Virtualisasi.
Istilah
virtualization atau virtualisasi sebenarnya memiliki banyak pengertian. Dalam
kamus bahasa Indonesia sendiri belum ditemukan definisi yang jelas tentang
virtualisasi. Jika merujuk pada kamus Oxford istilah virtualization merupakan
turunan dari kata virtualize yang memiliki makna:
“convert
(something) to a computer-generated simulation of reality”
Kalau
terjemahan bebasnya:
“mengubah
sesuatu (mengkonversi) ke bentuk simulasi dari bentuk nyata yang ada”
Dalam
hardware virtualization, perangkat lunak bekerja membentuk sebuah virtual
machine yang bertindak seolah-olah seperti sebuah komputer asli dengan sebuah
sistem operasi terinstall di dalamnya. Salah contoh yang mudah misalkan
terdapat satu buah komputer yang telah terinstall GNU/Linux Ubuntu. Kemudian
dengan menggunakan perangkat lunak virtualization semisal Virtualbox kita dapat
menginstall dua buah sistem operasi lain sebagai contoh Windows XP dan FreeBSD.
Sistem
operasi yang terinstall di komputer secara fisik dalam hal ini GNU/Linux
Lubuntudisebut sebagai host machine sedangkan sistem operasi yang
diinstall diatasnya dinamakan guest machine. Istilah host dan guest dikenalkan
untuk memudahkan dalam membedakan antara sistem operasi fisik yang terinstall
di komputer dengan sistem operasi yang diinstall diatasnya atau virtualnya.
Perangkat
lunak yang digunakan untuk menciptakan virtual machine pada host machine biasa
disebut sebagai hypervisor atau Virtual Machine Monitor (VMM). Menurut Robert
P. Goldberg pada tesisnya yang berjudul “Architectural Principles For Virtual
Computer Systems” pada hal 23 menyebutkan bahwa tipe-tipe dari VMM ada 2 yaitu
:
•
Type 1 berjalan
pada fisik komputer yang ada secara langsung. Pada jenis ini hypervisor / VMM
benar-benar mengontrol perangkat keras dari komputer host-nya. Termasuk
mengontrol sistem operasi-sistem operasi guest-nya. Contoh implementasi yang
ada dan sudah saya coba secara langsung ialah VMWare ESXi. Adapun contoh yang
lain yang ada seperti Microsoft Hyper-V
• Type 2 berjalan pada sistem operasi diatasnya. Pada tipe ini tentunya guest sistem operasi nya berada di layer diatasnya lagi.
• Type 2 berjalan pada sistem operasi diatasnya. Pada tipe ini tentunya guest sistem operasi nya berada di layer diatasnya lagi.
Jenis Virtualisasi
Perangkat-Keras
Istilah virtualisasi perangkat-keras mengacu kepada upaya
menciptakan mesin virtual yang bekerja layaknya sebuah komputer lengkap dengan
sistem operasi. Istilah mesin tuan-rumah(host) mengacu kepada mesin tempat
virtualisasi bersemayam sementara istilah mesin tamu(guest) mengacu kepada
virtual mesin itu sendiri. Istilah hypervisormengacu kepada perangkat-lunak atau firmware yang
membuat mesin virtual.
Jenis virtualisasi perangkat-keras meliputi:
• Para-virtualisasi:
Perangkat keras tidak disimulasikan tetapi perangkat-lunak tamu berjalan dalam
domainnya sendiri seolah-olah dalam sistem yang berbeda. Dalam hal ini
perangkat-lunak tamu perlu disesuaikan untuk dapat berjalan.
• Virtualisasi
sebagian: Tidak semua aspek lingkungan disimulasikan tidak semua
perangkat-lunak dapat langsung berjalan, beberapa perlu disesuaikan untuk dapat
berjalan dalam lingkungan virtual ini.
• Virtualisasi
penuh: Hampir menyerupai mesin asli dan mampu menjalankan perangkat lunak tanpa
perlu diubah.
Vitualisasi perangkat-keras harus dibedakan dengan emulasi
perangkat-keras. Pada emulasi perangkat-keras sebuah perangkat-keras meniru
kerja perangkat-keras lain, sementara pada virtualisasi perangkat-keras sebuah
hypervisor (sebuah software) meniru kerja perangkat keras tertentu atau bahkan
keseluruhan komputer. Lebih lanjut hypervisor jangan dirancu dengan emulator.
Keduanya mempunyai definisi yang sama tapi domain pembicaraannya berbeda.
ANALISIS :
Pada umumnya web server diinstal di
sebuah server fisik. Permasalahan dalam menyediakan server fisik adalah tidak
mampu memberi sumber daya perangkat keras (CPU,Memori dan Network) sesuai
dengan keperluan (on demand self service) pada masing-masing mesin virtual.
Seiring dengan perkembangan teknologi maka ditawarkan teknologi cloud computing
yang menggunakan metode virtualisasi yang mampu memberikan sumber daya
perangkat keras sesuai dengan keperluan. Web server virtual dibangun
menggunakan empat teknologi virtualisasi yaitu KVM, Linux-Vserver, OpenVZ dan
Xen. Keempat teknologi tersebut dianalisa penggunaan sumber daya perangkat
keras untuk melihat teknologi mana yang baik performanya sesuai kebutuhan suatu
instansi. Pada kondisi server standby dan busy, pengujian menunjukkan hasil
bahwa teknologi virtualisasi yang menggunakan CPU dan memori paling tinggi
adalah KVM. Hal ini disebabkan karena KVM memiliki service qemu-kvm untuk
mengatur setiap node yang ada, sedangkan pada teknologi virtualisasi yang lain
tidak memilik service tersebut. Teknologi virtualisasi Linux-Vserver dan OpenVZ
menunjukkan kenaikan sumber daya berdasarkan pengujian beda parameter dan
setiap kenaikan jumlah klien. Sedangkan teknologi virtualisasi Xen paling
sedikit penggunaan CPU dan stabil dalam penggunaan memori karena adanya Dom0
pada teknologi ini. Semakin banyak jumlah klien yang mengakses web sever maka
semakin tinggi penggunaan sumber daya perangkat keras pada keempat server..
REFERENSI :
Y. L. Oktavianus,
Membangun Sistem Cloud Computing dengan Implementasi Load Balancing dan
Pengujian Algoritma Penjadwalan Linux Virtual Server pada FTP Server, no. 1.
Padang: Univeristas Andalas, 2013, pp. 25–30
Purwadhika, “Apa itu
Virtualisasi ?,” 2012. [Online]. Available:
http://www.purwadhikapress.com/cloud-computing-virtualization.html. [Accessed:
14-Nov-2014]
S. Meier, Virtualization
: Servers , Storage , and Software. United States of America: International
Business Machines Corporation, 2008
VMware, Understanding
Full Virtualiszation, paravirtualization, and Hardware Asist. United States of
America: VMware, Inc., 2007
K. Kolyshkin,
Virtualization in Linux. 2006, pp. 1–5
M. T. Jones,
“Virtualization,” 2010. [Online]. Available: http://www.datamation.com/netsys/article.php/3884091/Virtualization.htm.
[Accessed: 16-Feb-2015]
A. Arfriandi,
Perancangan, Implementasi, dan Analisis Kinerja Virtualisasi Server menggunakan
Proxmox, VMware ESX, dan Openstack. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2012
I. B. Mawardi,
“COMPUTING BERBASIS INFRASTUCTURE AS SKRIPSI,” 2013
P. Mell and T. Grance,
The NIST Definition of Cloud Computing Recommendations of the National
Institute of Standards and Technology. Gaithersburg: National Institue of
Standards and Technology, 2009
T. I. Bayu, Penerapan
Teknologi Virtualisasi Tingkat Sistem Operasi pada Server Linux Ubuntu 8.04
menggunakan OpenVZ, vol. 7, no. 1. Semarang: Universitas Kristen Satya Wacana,
2010, pp. 68–85
S. Wozniak, What is a
Web Server. 1999, pp. 1–37
L. V-server, “Linux
V-Server.” [Online]. Available: linux-vserver.org. [Accessed: 10-Dec-2014]
SWsoft, “OpenVZ User’s
Guide,” 2005
D. Kartikasari, Analisa
Perbandingan Metode KVM dengan OpenVZ pada Mesin VPS (Virtual Private Server)
di PT. Lintas Data Prima Yogyakarta. Yogyakarta: Amikom, 2012, pp. 1–15
S. R. Thakur and R. M.
Goudar, Review on Xen Hypervisor, vol. 1, no. 5. India: University of Pune,
2014, pp. 54–59
D. R. Mauro and K. J.
Schmidt, Essential SNMP, vol. 1. United States of America: O’Reilly Media,
Inc., 2005, p. 7.